Produk Herbal Empon Empon Milik KWT Lestari DIY Laris Manis Di Pandemic Covid-19

Di masa pandemic Covid-19 seperti saat ini, masyarakat kembali menggunakan produk herbal untuk menjaga daya tahan tubuhnya. Salah satunya adalah produk jamu atau herbal dari bahan utama empon empon. 

Kelompok Wanita Tani (KWT) Lestari di Gunung Gondang, Margosari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu kelompok yang mengolah empon empon menjadi produk herbal. Kelompok ini juga telah berhasil meraup keuntungan di tengah pandemic lantaran produk herbal yang mereka buat laris manis di pasaran. 

Berikut dibawah ini beberapa fakta tentang produk herbal dari empon empon yang laris manis ditengah pandemic Covid-19 seperti yang dikutip dari IDN Times jogja :

  1. Permintaan Masyarakat Membuat Harga Empon Empon Naik Drastis


Siti Rupingah selaku Ketua KWT Lestari mengatakan bahwa empon empon saat ini menjadi komoditas yang dicari oleh masyarakat untuk diolah menjadi produk herbal, sehingga menyebabkan harganya semakin melambung. Sebelum pandemic, harga empon empon ditengah petani tergolong rendah.

Contohnya, jahe dijual dengan harga Rp. 10 ribu per kg, jahe merah Rp. 18 ribu, dan empon empon lainnya dihargai sekitar Rp. 8 ribu per kg. Tetapi kini dimasa pandemic, harga empon empon mencapai Rp. 24 ribu hingga Rp. 34 ribu per kg. 


Siti juga mengungkapkan bahwa kelompoknya mengolah empon empon menjadi beragam jenis jamu herbal. Dari resep tradisional keluarga, dirinya pun berinovasi supaya produknya bisa diterima masyarakat luas, misalnya dengan mengolah jahe dan kunir menjadi minuman bubuk. 

Kini, KWT Lestari memproduksi beragam jenis produk herbal seperti gula kristal jahe madu, gula kristal jahe merah, beras kencur, bunga telon, kunir putih, temulawak, wedang rempah, wedang uwuh sari jampi, hingga simplesia kering. Sedangkan produk minuman yang siap dikonsumsi seperti beras kencur, kunyit asam, dan wedang rempah. 


  1. Dipasarkan Hingga Ke Luar Pulau Jawa


Siti mengungkapkan bahwa produk hasil produksi KWT Lestari tidak hanya didistribusikan ke pasar lokal saja, tetapi sampai ke Jakarta, Bali, hingga Kalimantan. Sedangkan di pasar lokal, mereka memasarkan produknya ke kedai kopi, warung, hingga menjualnya secara daring untuk pemesanan luar daerah. 


Untuk harganya, sebungkus wedang uwuh dihargai Rp. 3.500. Tetapi saat dikirim ke luar daerah, harganya bisa mencapai Rp. 6 ribu hingga Rp. 7 ribu per bungkus karena ada biaya pengiriman dan biaya lainnya. Sedangkan, gula kristal dihargai Rp. 17 ribu hingga Rp. 21 ribu untuk isi 250 gram. Sementara untuk kunyit asam dan beras kencur dihargai Rp. 7 ribu per botol isi 500 ml. 


Sri menambahkan, usaha sari jampi yang dikerjakan KWT Lestari ini memberdayakan belasan kelompok wanita tani di Kabupaten Kulon Progo yaitu dengan memberdayakan ibu ibu rumah tangga yang menyediakan bahan baku lalu membantu memasarkan produk. 


  1. Mendapat Dukungan Dari Pemerintah


Meningkatnya permintaan masyarakat akan produk herbal dari empon empon membuat Pemda DIY dan Pemkab Kulon Progo turut memberikan perhatian lebih. Misalnya, dengan cara memberikan dukungan berupa Dana Keistimewaan bagi industri kecil menengah yang menggeluti pengolahan empon empon. 


Tujuan pemberian dukungan ini tentunya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yang terlibat dalam industri tersebut. Disperindag juga turut terlibat dalam mempromosikan produk dan memberikan pelatihan bagi para pelaku industri tersebut supaya potensi nilai jual produk lokal ini bisa tinggi.